.
  ARTIKEL
 

Indonesia Tuan Rumah Liga Primer Karate
inkaijaktim 2011 on 04/11/2011 at 9:59am (UTC)
 Sabtu, 09 April 2011

VIVAnews – Indonesia akan menjadi tuan rumah kejuaraan karate internasional tahun 2012 nanti. PB Forki menilai ini adalah kesempatan baik para karateka untuk membuktikan kemampuan mereka. Kejuaraan tersebut adalah ‘Liga Primer Karate.’ Tahun depan ajang ini akan diikuti oleh sepuluh negara.

“Kami akan menyelenggarakannya tahun 2012 nanti. Peluang emas bagi Indonesia untuk berprestasi,” kata Ketua Umum PB Forki Hendardji Soepandji Hendardji saat pemberian penghargaan kepada 44 tokoh nasional dalam rangka HUT ke-47 Forki di Lapangan sepak bola Gandhi Memorial School Kemayoran, Jakarta, Sabtu, 9 April 2011.
Menurut Hendardji yang juga merupakan Presiden Federasi Karate Asia Tenggara, kejuaraan itu merupakan suatu terobosan besar sepanjang sejarah Forki yang berdiri pada 10 Maret 1964. Sebab, ajang ini akan membawa karateka Indonesia ke arah lebih profesional.
Ia menambahkan Liga Primer itu sudah digelar tahun ini di mana Turki dan Prancis jadi tuan rumah. Sementara tahun depan, giliran Indonesia dan China yang menjadi penyelenggara.

"Sepuluh negara yang akan menjadi tuan rumah Liga Primer nanti akan mengadakan rapat untuk membahas tentang penyelenggaraan kompetisi ini," katanya.

Yang jelas, Liga Primer Karate dijadwalkan berlangsung setiap bulan, dan akan melibatkan 186 negara anggota Federasi Karate Dunia (WKF).

Pada peringatan HUT ke-47, Forki menggelar apel akbar yang diikuti sekitarlima ribu karateka se-Jabotabek. Di kesempatan yang sama juga dilakukan pemberian penghargaan 44 tokoh nasional yang berjasa terhadap karate.

Para penerima penghargaan itu di antaranya Menpora Andi Mallarangeng, Mendiknas Muhammad Nuh, Mendagri Gamawan Fauzi, KSAD George Toisutta, dan Ketua Umum KONI/KOI Rita Subowo. Sementara dari kalangan mantan ketua umum mulai Widjojo Sujono (1972-1976), Wiranto (1997-2001), sampai Luhut Binsar Panjaitan, ketua umum terakhir yang digantikan Hendardji.

Direktur Bank BRI Sofyan Basir juga mendapatkan penghargaan sama karena dinilai telah berjasa membantu perkembangan karate Indonesia. Terutama, karena Bank BRI tampil sebagai bapak angkat cabang karate dalam menyukseskan SEA Games 2011.

Sementara tokoh karate Oesman Sapta mendapat penghargaan karena jasa besarnya terhadap karate Indonesia baik sebagai Ketua Umum Perguruan KKI maupun sebagai sponsor di kejuaraan-kejuaraan Forki, termasuk Kejuaraan Nasional OSO Cup 2011. (Forki)

Sumber : ©VIVAnews.com
 

APEL BESAR HUT KE- 47 FORKI TAHUN 2011
PB FORKI on 04/04/2011 at 9:05am (UTC)
 Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI) dalam usianya yang ke 47 (10 Maret 1964), telah membuktikan eksitensinya sebagai olahraga beladiri dan prestasi secara terus menerus melakukan pembinaan kepada anggotanya. Keberadaan FORKI saat ini sebagai organisasi yang tumbuh dan berkembang serta konsisten menjalankan misinya sebagai wadah pembinaan generasi muda, merupakan komitmen yang harus dijaga dan dipelihara secara terus menerus.

Keberhasilan mempertahankan eksistensi FORKI sampai saat ini merupakan hasil kerja keras dari para pendahulu yang secara estafet memimpin dan mengantarkan organisasi sampai pada kenyataan ril yang kita dapat rasakan sekarang.

Apel besar sebagai forum komunikasi keluarga besar FORKI merupakan jawaban dan ungkapan rasa terima kasih kepada seluruh pelaku utama sejak awal berdirinya sampai saat ini. Melalui apel besar ini, kita merapatkan barisan dan bertekad untuk terus melanjutkan perjuangan dan mengawal FORKI sebagai wadah pembinaan karakter bangsa, pembinaan prestasi dan sebagai wadah persaudaraan.

Apel besar memperingati Ulang Tahun ke – 47 FORKI, maksud dan tujuan sebagai wadah silaturrahmi, sarana berlatih bersama seluruh Perguruan karate anggota FORKI. Untuk mempererat persaudaraan keluarga besar FORKI di seluruh Indonesia, dan untuk mengenang , memberikan apresiasi kepada para Ketua FORKI dan jajarannya sejak periode pertama sampai periode tahun 2010. Atas dedikasi dan pengorbanan yang telah dicurahkan demi kemajuan dan kejayaan FORKI.

Apel Besar Memperingati HUT Ke-47 FORKI dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia, yang dilaksanakan oleh masing-maing Pengurus Provinsi (Pengprov.) FORKI.Khusus di Jakarta Yang di hadiri oleh Seluruh Perguruan Karate Anggota Forki, Pengprov. FORKI DKI, Karateka Pengurus Kabupaten/Kota FORKI se JABODETABEK.Acara akan dilaksanakan oleh PB. FORKI di Lapangan Bola Kemayoran (samping Sekolah Gandhi Memorial International School) Jakarta, Sabtu, 9 April 2011, dimulai pukul: 07.00 WIB s.d selesai.

Disamping Acara latihan bersama, akan dilaknakan Gerak Jalan, Penyerahan Penghargaan kepada Tokoh Karate, Pembina Karate, dan Donatur, serta acara hiburan dan pembagian door prize. ***Fsaidi
 

Menjadi Karate-Ka Tangguh
inkaijaktim2011 on 03/15/2011 at 5:34pm (UTC)
 Menjadi seorang Karate-ka yang berhasil,adalah dambaan setiap orang. Karateka yang berhasil yang dimaksud adalah menjadi seorang sosok olahragawan khususnya pada cabang beladiri karate, yang dapat mengukir prestasi baik regional maupun internasional secara berulang-ulang, tanpa kehilangan masa depan pasca mejadi atlet. Artinya, Karateka tersebut tidak saja berhasil sebagai atlet dengan gemilang dilapangan, tetapi juga berhasil menemukan kariernya atau jalan hidupnya dibidang lain dengan sukses pula, setelah tidak produktif lagi sebagai atlet karena telah menurun secara alami.

Untuk lebih lengkapnya dapat diunduh dibawah ini...........

http://www.mediafire.com/?6peqv0984634zsz
 

Jiwa Karate-do – Posisi Tubuh dan Gerakan yang Pertama
inkaijaktim 2011 on 03/15/2011 at 5:29pm (UTC)
 Jiwa Karate-do – Posisi Tubuh dan Gerakan yang Pertama


Peserta tampil sangat mengesankan dengan serangan dan bertahan yang cepat, bertenaga dan tekniknya terkontrol dengan baik. Peserta kata menampilkan gerakan yang cepat dan indah. Baik kumite dan kata berhasil membuat penonton terkesan. Tak ada satupun peserta yang cedera dalam pertarungan bebas itu.

Kompetisi yang terbilang baru itu berhasil dengan sukses. Itulah awal dari pertarungan bebas yang ditampilkan dalam turnamen karate di penjuru dunia pada hari ini. Akhirnya sebuah bentuk pertarungan yang mendekati nyata tampil ke hadapan publik.

Seperti yang kau ketahui, aku berhasil mengatasi kebimbangan dengan membuat turnamen karate. Namun demikian aku masih saja khawatir tentang satu hal. Seiring makin populernya kompetisi karate, praktisinya menjadi terobsesi dalam kemenangan semata. Yang paling banyak dipikirkan adalah bagaimana meraih angka sebanyak-banyaknya, dan begitu cepatnya kompetisi tampaknya telah menghilangkan karakter sebenarnya dari karate.

Dalam hal ini, kompetisi akan menurunkan kualitas karate menjadi sekedar aksi saling pukul saja. Lebih dari itu, aku tidak mampu menyatakan apakah gagasan pertarungan bebas adalah jiwa dari karate seperti yang diajarkan oleh Master Gichin Funakoshi, pendiri dari karate-do. Seperti yang kalian ketahui, jiwa dari karatenya membutuhkan sebuah standar etika yang tinggi.

Seni orang yang berbudi luhur

Master Funakoshi sering menyebutkan sebuah pepatah lama Okinawa, ”karate adalah seni dari orang-orang yang berbudi luhur.” Tidak perlu dikatakan lagi, bagi praktisi karate untuk tidak menyombongkan atau bahkan memamerkan teknik mereka dengan alasan apapun yang menentang jiwa karate-do.

Makna karate-do menjadi lebih dalam sebagai usaha untuk menguasai teknik bela diri. Tidak seperti olahraga pada umumnya, karate-do mempunyai jiwanya sendiri. Untuk menjadi seorang master yang sejati adalah untuk memahami jiwa karate-do sebagai sebuah jalan bela diri. Karate-do telah tumbuh semakin populer hari ini, dan jiwa karate-do sangat mudah diterima oleh pikiran kita. Disini aku ingin membahas tentang jiwa karate-do, kembali ke akarnya sebagai jalan bela diri.

Dikatakan bahwa karate tidak mempunyai sikap menyerang lebih dulu (sente). Hal itu menjadi sebuah peringatan bagi praktisinya untuk tidak menyerang lebih dulu. Dan secara bersamaan, sebuah larangan keras menggunakan teknik karate tanpa pertimbangan. Para master karate, terutama Master Funakoshi, benar-benar memperingatkan muridnya dengan mengulang kalimat itu berkali-kali.

Kenyataannya, hal itu memang menunjukkan jiwa dari karate-do. Dalam karate, kekuatan dari seluruh tubuh difokuskan pada satu titik, seperti tinju atau kaki, sehingga daya perusak yang besar akan hilang seketika. Karena itulah ada peringatan: Pikirkan bahwa kedua tangan dan kakimu sebagai pedang. Dalam sebuah turnamen, tinju atau tendangan dari si penyerang diarahkan pada sasaran sekitar beberapa inci dari badan lawan agar tidak mencederainya.

Diluar pertimbangan tentang daya perusak karate, ada nasihat: Tidak ada serangan lebih dulu dalam karate. Semangat itu terwujud dalam kata, bentuk kembangan yang menjadi inti latihan karate-do. Karate mempunyai dua macam latihan: kata dan kumite.

Kata adalah bentuk yang mengkombinasikan serangan dan bertahan seolah menghadapi 4 atau 8 lawan dari arah kanan, kiri, depan dan belakang. Sejauh yang kutahu, ada 40 atau 50 macam kata. Masing-masing dimulai dengan sikap bertahan (uke). Kau boleh saja mengatakan karena karate dilahirkan sebagai sebuah seni bela diri, wajar saja tidak mempunyai sikap menyerang lebih dulu.

Hal itu memang benar, namun jika kau langsung menyimpulkan dari kalimat, “karate tidak mempunyai sikap menyerang lebih dulu,” dengan kau dapat menahan serangan semaumu, kau belum memahami jiwa karate-do sepenuhnya. Makna sesungguhnya dari kalimat itu adalah lebih dalam.

Penjelasan lain dari menghindari sikap menyerang lebih dulu adalah praktisi karate tidak seharusnya menciptakan suasana yang dapat menimbulkan perselisihan. Mereka juga tidak sepantasnya mendatangi tempat-tempat dimana masalah sering terjadi. Untuk menjalani larangan itu, maka praktisi karate harus menanamkan sikap yang ramah dan berjiwa besar pada sesama.

Itulah semangat yang terkandung dalam kalimat, “karate tidak mengenal sikap menyerang lebih dulu”. Dan semangat itu menjadi jiwa karate-do. Seorang master berkata, ”karate adalah sebuah usaha untuk menghindari masalah. Kita tidak akan disakiti orang lain, dan kitapun tidak perlu menyakiti orang lain.” Sementara master yang lain mengatakan, “kedamaian mencegah perselisihan, kekerasan dan kebencian. Karena jika tidak, kau tidak dipercaya dan akan musnah.”

Di bagian paling dasar dari jiwa karate-do tersembunyi keinginan memberikan kedamaian bagi orang banyak. Kedamaian itu berdasarkan pada sopan santun. Dikatakan bahwa budaya seni bela diri Jepang dimulai dan diakhiri dengan memberi hormat. Suatu hal yang sama dengan karate-do.

Master Funakoshi telah mengumpulkan kata dari pendahulunya dan merangkumnya dalam 15 kata untuk berlatih. Salah satunya bernama Kanku, menggambarkan keinginan untuk mencapai kedamaian sebagai jiwa dari karate-do. Tidak seperti kata yang lain, Kanku dimulai sebuah gerakan yang tidak berhubungan dengan teknik menyerang atau bertahan.

Tangan diposisikan bersamaan, telapak mengarah keluar dan praktisinya melihat ke langit melalui celah segi tiga yang dibentuk ibu jari dan jari tangan lainnya. Sikap ini menggambarkan penyatuan diri dengan alam, ketenangan dan keinginan untuk mencapai kedamaian. Praktisi karate selayaknya selalu rendah hati, bersikap ramah dan keinginan mencapai kedamaian. Karate benar-benar sebuah seni dari orang-orang yang berbudi luhur.

Artikel ini diterjemahkan dari tulisan Masatoshi Nakayama yang berjudul “The Soul of Karate-do - Initial Move and Posture.” yang dimuat dalam majalah Dragon Times. Editing dan alih bahasa pertama kali oleh Bachtiar Effendi (Indoshotokan).

Sumber: http://indoshotokan.blogspot.com/
 

Prinsip Psikologis Karate
inkaijaktim 2011 on 03/15/2011 at 5:27pm (UTC)
 
Sejak karate melibatkan kontak langsung antara dua orang atau lebih, faktor psikologis memainkan sebuah peranan penting. Dalam banyak hal, mereka dengan kekuatan psikologis yang lebih baik mampu menang sekalipun kalah secara fisik. Meskipun kondisi kejiwaan ini datang secara alamiah, namun kemudian menjadi hal penting dalam latihan karate. Contohnya akan dijelaskan dibawah ini, yang mana merupakan konsep lama dari masa lalu namun menawarkan pendekatan yang lebih luas.

Mizu no Kokoro (pikiran layaknya air)

Istilah ini, bersama dengan istilah yang berikutnya, sebelumnya digunakan oleh para master karate sebagai penekanan dalam metode mengajar. Keduanya mengarah pada sikap mental yang dibutuhkan saat menghadapi lawan yang sebenarnya. Mizu no Kokoro berhubungan dengan pentingnya berpikir tenang, seperti permukaan air yang tenang.

Untuk memahami ungkapan ini lebih jauh, pikirkan bahwa air yang tenang mampu memantulkan semua bayangan benda dalam jangkauannya secara utuh. Dan jika pikiran selalu dalam kondisi seperti ini, maka pemahaman pada kemampuan lawan (baik fisik dan psikologisnya) akan terjadi dengan akurat dan segera. Dan begitu pula dengan respon bertahan dan menyerang akan terarah dan akurat.

Sebaliknya, jika permukaan air itu terganggu maka bayangan benda juga akan kabur. Secara analogi, jika pikiran dipenuhi dengan keinginan untuk menyerang dan bertahan, maka tidak mampu membaca keinginan lawan. Akhirnya justru menciptakan sebuah peluang bagi lawan untuk menyerang.

Tsuki no Kokoro (pikiran layaknya bulan)

Konsep ini berarti pentingnya kesadaran total kepada lawan berikut gerakannya, mirip cahaya bulan yang menerangi semua benda dalam jangkauannya. Dengan mengembangkan kemampuan ini sepenuhnya, kesadaran kita akan selalu waspada saat pertahanan lawan terbuka.

Awan yang menutupi cahaya bulan serupa dengan rasa gugup atau gangguan untuk memahami gerakan lawan yang benar. Dan hal itu berarti mustahil menemukan sebuah celah untuk melancarkan teknik yang sesuai.

Pikiran dan Keinginan yang Menyatu

Dalam menggunakan analogi moderen, jika pikiran dibandingkan dengan speaker telepon, maka keinginan sama dengan arus listrik. Tidak masalah sesensitif apapun speakernya, jika tidak ada arus listrik, maka komunikasi tidak mungkin terjadi.

Sama saja, sekalipun kau memahami gerakan lawan dengan benar, dan sadar akan sebuah serangan, namun tidak ada keinginan untuk bertindak maka tidak akan ada teknik efektif yang muncul. Pikiran dapat menangkap munculnya serangan, namun keinginan harus diaktifkan untuk melancarkan teknik yang dibutuhkan (Fokushotokan).

Artikel ini dikutip dan diterjemahkan dari buku “Karate – The Art of Empty Hand Fighting” yang ditulis oleh Hidetaka Nishiyama dengan judul aslinya “Psychological Principles”. Editing dan alih bahasa oleh Fokushotokan.

Sumber: http://indoshotokan.blogspot.com/
 

<-Back

 1 

Continue->

 
 
  Today, there have been 8 visitors (8 hits) on this page! inkaijaktim 2011  
 
This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free